Setelah usai dalam Berbagi Sahur bersama komunitas clubber Jakarta, kami mengajak serta para sahabat baik dari komunitas Taft Diesel Indonesia. Setelah melalui persiapan yang kami rasa cukup, justru hal sebaliknya yang kami alami. Pada saat detik-detik keberangkatan, ternyata hanya ada 1 personil dari undangan yang bisa hadir. Beliau adalah Wade Hanafie, yang akrab kami panggil Om Wade. Pada saat itu, Om Wade datang bersama Istrinya. Lantas yang lain kemana? Ternyata pada saat itu banyak dari rekan-rekan TDI yang tidak bisa hadir dikarenakan berbenturan dengan kegiatan pekerjaan, keluarga dan keperluan lainnya.
Akhirnya, dengan yakin kami memutuskan untuk tetap menjalankan kegiatan sebagaimana mestinya. Dengan membawa bungkus nasi sebanyak 350 bungkus. Kami (ABBR) bersama Om Wade dan istri siap membagikannya dengan rute Slipi, Grogol, dan saat itu kami putuskan untuk menyambangi beberapa stasiun di bilangan Jakarta pusat seperti stasiun Kenari, Gambir dan Gondangdia lanjut berakhir di kawasan Kota tua. Sungguh pengalaman yang luar biasa, mencari target (tepat sasaran) sebanyak 350 bungkus, ditambah lagi waktu yang sempit karena molornya persiapan makanan dan hanya dengan 5 orang pelaksana, termasuk om wade bersama istri. Dengan menggunakan 2 kendaraan (1 mobil operasional ABBR & 1 Taft) kami sambangi beberapa lokasi yang sudah kami pantau sebelumnya, dimana lokasi itu memang menjadi tempat mereka tinggal (para tunawisma) yang bukan pengemis musiman/manusia gerobak musiman.
Pada saat membagikan bungkus nasi di wilayah stasiun Cikini, kami mendapatkan informasi dari warga yang memberitahukan bahwa banyak orang yang tinggal di stasiun gondangdia pada saat malam hari. Mereka rata-rata adalah pengemis, pedagang, dan para pendatang dari luar Jakarta yang bermalam di stasiun untuk menunggu kereta keesokan harinya. Akhirnya kami memutuskan untuk menyambangi tempat tersebut, dan benar saja. Saat kami buka pintu seng stasiun (karena sedang di renovasi) kami terkejut dengan pemandangan didalam yang ada. Banyak orang-orang yang tidur hanya beralaskan Koran, kardus atau kain seadanya. Dengan meminta bantuan dari warga sekitar, kami menelusuri satu-per-satu orang yang sedang tidur disana, membangunkannya, dan memberikan santap sahur untuk mereka sahur pagi itu. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, saat perbuatan baik bertemu dengan jalan yang baik dan didukung oleh orang-orang yang baik semoga semuanya menjadi baik.
Habis mendistribusikan 1 buah keranjang besar yang berisi penuh bungkusan nasi. Kami masih memiliki sisa sebanyak kurang lebih 100 nasi. Lalu, kami merundingkan hal tersebut sambil beristirahat sejenak di stasiun gondangdia. “Yuukk….! kita ke kota tua aja, disana banyak ojek sepeda, pedagang asongan, dan tukang ojek yang masih beraktivitas disana.” Setelah kami mendapatkan informasi dari Andhika (salah satu penggerak komunitas BerbagiNasi Jakarta yang kami hubungi saat itu via telpon. Akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju kawasan kota tua.
Saat kami menyambangi kawasan Kota Tua, Banyak para tukang ojek sepeda yang tidur diemperan toko setelah seharian lelah menunggu para penumpangnya. Di tempat itu kami membagikan sekitar 100 bungkus nasi sampai habis kepada para tukang ojek sepeda, supir bajaj, pedagang asongan maupun supir angkot yang masih bekerja. Kami lihat banyak senyum dari wajah-wajah orang itu saat kami membagikan bungkus demi bungkus nasi kepada mereka. Sungguh sebuah kepuasan batin yang tidak dapat dinilai dengan apapun (Goodthing sensation).
Dilaporkan oleh
Ilham M. Baderi
DoGoodThing Hero
Berbagi Sahur Batch #1